Harga Kredit Lebih Mahal dari Harga Tunai, Bolehkah ?



Pertanyaan : "Pak Dosen mau tanya bolehkah harga jual barang kredit lebih mahal dari harga tunai ?"  (Rahmah - Jakarta)

Jawaban :

Pertama, Menjual barang secara tidak tunai alias kredit dibolehkan secara syariat bahkan termasuk perbuatan yang mengandung keberkahan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : 

عن صهيب رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ثلاث فيهن البركة: البيع إلى أجل، والمقارضة، وخلط البر بالشعير للبيت لا للبيع
 (رواه ابن ماجة)

"Ada tiga hal yang mengandung berkah: iual beli tidak secara tunoi, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual". (HR. Ibnu Majah)

Kedua, Menjual barang/jasa secara kredit dengan harga lebih mahal dari harga jual tunai juga BOLEH. Merujuk pada ketentuan syariah terkait Tas'iir (penetapan harga), dimana syariat tidak menentukan batas minimal atau maksimal seseorang mengambil keuntungan. Harga ditentukan berdasarkan hukum pasar dan kesepakatan antara penjual dan pembeli dengan tingkat harga yang wajar yang tidak merugikan penjual atau pembeli. 

Fatwa DSN-MUI No. 110 tentang Akad Jual-Beli, dijelaskan ketentuan harga dalam jual - beli sebagai berikut :
  1. Harga dalam akad jual beli harus sudah dinyatakan secara pasti pada saat akad, baik ditentukan melalui tawar menawar (bai' al'musawamah), lelang (bai' al-muzayadah), atau tender (bai' almunaqashah).
  2. Harga perolehan wajib disampaikan oleh penjual hanya dalam jual beli amanalz seperti jual beli murabahah, dan tidak wajib dalam selain jual beli amanah.
  3. Pembayaran harga dalam jual beli boleh dilakukan secara tuna;' (albai' al-hat), tangguh (al-bai' al-mu'aiial), dan angsur/bertahap (albai' bi al+oqsith).
  4. Harga dalam jual beli yang tidak tunai (bai' al-mu'aiial/bai' al' taqsith) boleh tidak sama dengan hargatunai (al-bai' al-haL).
Artinya selama masih dalam proses penawaran, maka harga boleh berbeda untuk cara bayar tunai dan kredit, namun jika sudah ditetapkan dan disepakati maka harga tidak boleh berubah lagi. 

Sebagai contoh, si A menjual barang secara kredit ke si B seharga Rp 100.000 dibayar seminggu kemudian. Jika saat jatuh tempo si B tidak bisa bayar karena alasan tertentu, maka si A dilarang untuk meminta tambahan harga. Sebab tambahan tersebut masuk kategori Riba.

Wallahua'lam.